Aku mau

>> Friday, March 25, 2011

Sejak kapan? Tanyamu.


Ini bukan mengenai perasaan nyaman ketika aku bertukar banyak cerita denganmu. Bukan pula mengenai kamu dan apapun tentangmu. Ini mengenai sesuatu yang aku rasakan, lebih dari semua yang bisa aku urai lewat kata. Aku tak berani bilang ini cinta. Kamu tahu alasannya apa? Aku tak pernah seberani itu untuk jatuh cinta padamu. Tidak, tidak sampai sejauh itu. Tidak sampai menggantungkan angan setinggi langit. Hingga aku lupa menjejak bumi. Tempat di mana aku harusnya berpijak.


Aku ingin kamu, dalam batas-batas yang tak kumengerti
Merindukanmu dalam hasrat-hasrat yang tak kupahami



Masih percaya dengan yang dinamakan “kata hati”? Kapan terakhir kamu bicara dengannya? Berbicara selayaknya pemilik hati dan hati yang dimilikinya. Atau mungkin tanpa sadar, entah kapan, aku lalu berbicara dengan hatiku. Meminta ia menunjukkan, apa yang harus aku rasakan padamu. Ia bilang, biarkan rasa mengalir. Tanpa harus dibatasi. Kelak ia akan menemukan tujuannya, berhenti pada satu titik. Diantara sedih dan bahagia. Saat itulah aku harus memberanikan diri. Melangkah menuju salah satu darinya. Sedih atau bahagia?


Aku hanya diperintah oleh kata “harus” padamu
Harus. Tak kuasa menolak....
Dijalani, tanpa tanya, apalagi gugat
Entah berhenti dimana
Entah sampai dimana
Tapi aku harus menjalani
Karena ini bagian hidup yang kuingini



Lalu ada masa, dimana aku merasa rindu begitu di luar kendali. Aneh. Tidak masuk akal. Kehilangan logika untuk menjelaskan, ketika kamu bertanya, kenapa aku merindukanmu?


Kangeni aku, entah apa pun arti kangen itu bagimu
Cintai aku, dengan cinta yang seperti apapun
Ingini aku, dengan ikatan yang bagaimanapun
Aku mau...



Hey, sudahkah kubilang sebelumnya bahwa aku tak pernah seberani itu untuk jatuh cinta padamu?
Ah, sayangnya setelah mengatakan itu, aku baru sadar bahwa aku telah begitu terkuasai olehmu...
dan benar---aku jatuh cinta.

Read more...

Ketika rindu menari...

>> Monday, March 21, 2011

Rindu untuk priaku...


“Aku kangen kamu...”
Bisikmu lirih. Di antara bising deru kendaraan dan udara yang kian mendingin.



Langit yang baru menuntaskan hujan menjadi pembenaran saat tanganmu menggenggam tanganku. Membiarkan kita tanpa bicara. Tidak. Saat itu aku tak perlu kata. Aku hanya ingin berpegangan lebih lama. Lebih lama. Supaya rindu mampu mengalir. Kalau perlu sampai habis. Tak bersisa. Karena setelahnya, kutahu jarak akan memenggal kisah kita. Lalu aku akan mengumpulkan keping demi keping kenangan berserakan. Potongan rindu yang ternyata tak akan habis terurai. Ya, aku salah. Rindu ternyata begitu pandai membelah diri. Lalu dengan leluasa ia menempati setiap titik dalam hati, ingatan, bahkan keinginan.

Bola rindu menggantung di langit-langit kamar. Menciptakan nada yang melagukan irama Beethoven. Tapi selembut apa pun sebuah nada terlantun. Tentu kelak ia harus tetap berakhir. Seperti perjalanan rindu. Yang menyisakan episode lain di hadapannya. Aku bahkan melihat rindu-rindu berebutan memaksa masuk. Mereka menari riang. Melesat dalam bilik ingatan. Membuat sesak makin terasa. Hatiku penuh. Penuh akan rindu yang entah kapan bisa terbayar.

Garis jarak lalu menarikmu. Melepasmu sama saja menyuburkan rindu. Tapi aku tak punya pilihan. Selain mengucapkan selamat datang pada sesak yang kelak menguasai.



Ucapkan selamat datang pada sesak yang memenuhi hati tanpa peduli....




Rindu untuk wanitaku...


Dan udara pun terasa lindap saat langkahmu menjauh. Perlahan tajamnya rindu menoreh ciptakan luka abadi. Tak pernah ada mimpi untuk memilikimu. Bertolak dengan ingin agar sekilas pegangan jangan sampai terlepas.

Seharusnya satu pertemuan bisa memupuskan selapis rindu. Tapi sebaliknya, lapisan udara seakan menipis saat merelakan jarak menjadi juri penentu.

Mungkin saatnya mengiyakan pada lagu cinta yang tak pernah nyata. Yang selalu indah lirih terdengar merajam darimu.

Catatan singkat ini, biar sunset saja yang tahu, biar tenggelam jauh di ufuk.

Hey, kangen : Fuckyeah!!! Hanya ada saat dia tiada...


Dan mari bersama mengutuk jarak, menyerapahi waktu. Walau tak mengurangi senyum sinis angkuh dunia. Aku hanya ingin kau dekat saat ini. Tak lebih...

Dan kini, aku hanya bisa menghibur diri dengan membiarkan luka bercerita. Sesederhana ingin mengusap lembut keningmu dan membisikan cinta di sela halus rambutmu. Begitulah rindu mempermainkanku.


Ucapkan selamat datang pada sesak yang memenuhi hati tanpa peduli....

Read more...

Sampai gila...

Oh, secret admirer
When you’re around the autumn feels like summer
How come you’re always messing up the weather?
Just like you do to me...

Saya sedang suka lagu ini. Sebuah lagu manis berjudul secret admirer dari mocca. Jika ada yang bertanya, apakah ada alasan khusus untuk itu? Saya pasti akan menahan jawaban sambil tersenyum. Tersenyum seraya mengingat kamu. Seseorang yang kemudian membuat saya menggilai lagu ini.

Saya selalu percaya, tentu semua telah diatur sedemikian apiknya. Termasuk ketika siang itu tiba-tiba saya menemukanmu. Kenapa saya bilang tiba-tiba? Karena tanpa sadar tangan saya tergerak menuju padamu. Menuju takdir yang menuliskan nama kita di dalamnya. Kita kemudian terangkai dengan begitu banyak kebetulan. Kita ternyata mengenal banyak teman yang sama. Dihubungkan oleh berbagai kejadian yang lagi-lagi hanya sebuah kebetulan, katamu.

Dear handsome admirer
I always think that you’re a very nice fellow
But suddenly you make me feel so mellow
Every time you say hello

Itu adalah penggalan lirik yang paling saya suka. Manis ya? Sekali waktu, akan saya ceritakan betapa saya menyukai lagu ini. Pada sela-sela percakapan ringan kita. Di antara pembicaraan mengenai film yang sedang kamu suka atau tempat yang ingin kamu kunjungi. Tak lupa saya selipkan sedikit kisah. Kisah tentang saya yang menggilaimu. Menggilai hingga batas gila sebenar-benarnya. Menggilai hingga habis kesadaran saya. Menggilai hingga saya tidak sadar bahwa saya sedang tergila-gila. Menggilai hingga kamu tak punya pilihan lain kecuali menerima kegilaan saya. Kegilaan saya mencintai kamu. Kegilaan yang tenang saja, pasti akan terasa manis.

Tentu saya tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya mencintai diam-diam. Seperti ingin berteriak di telingamu bahwa saya JATUH CINTA. Tapi kemudian saya menikmati semua ini. Menikmati saya yang diam-diam memperhatikanmu. Menikmati saya yang memutuskan tak menyapamu jika kita berpapasan. Menikmati saya yang tak pernah mengirimkan kata-kata indah untukmu. Menikmati saya yang lain. Saya yang hanya seperti ini ketika mencintaimu. Karena kamu berbeda. Karena saya ingin memperlakukanmu dengan cara yang berbeda.

Saya bercerita panjang lebar pada seorang teman. Bagaimana bisa, katanya. Seorang saya bisa diam menahan rasa. Padahal ia biasanya meledak-ledak minta dikeluarkan. Saya tersenyum tipis. Karena sekali lagi kamu berbeda. Ada kalanya di mana saya hanya bisa diam. Melihat icon messengermu menyala. Bahkan sebuah kata “hallo” pun tak pernah terbayang untuk memulai percakapan. Iya, hal itu sebegitu seringnya terjadi. Hingga lalu messengermu berubah warna. Dan saya harus menunggu keesokan hari untuk mengumpulkan keberanian itu lagi.

Tapi seperti yang saya bilang. Ketika telah sampai batas gila, maka dengan tenang saya akan menyapamu. Bertanya berbagai macam hal yang selalu kamu jawab dengan ramah. Mungkin akhirnya kamu akan sadar betapa saya menggilai kamu. Iya, itu ketika saya sudah tidak bisa berlama menahan rasa. Tapi tenang, kamu tidak perlu setakut itu. Saya tetap akan menggilaimu dengan manis. Saya janji.

Oh iya, saya pernah membuatkanmu beberapa cerita. Ada cerita mengenai kepingan senja, malam yang mengisahkan luka, dan tak lupa garis takdir yang perlahan bersinggungan. Bisa minta tolong ambil satu gambar pelangi? Biar saya bisa tulis kisah baru untukmu. Tentang langit yang berubah cantik. Selepas hujan dan matahari bertemu di satu titik.





Saya menggilaimu. Menggilai hingga batas gila sebenar-benarnya. Menggilai hingga habis kesadaran saya. Menggilai hingga saya tidak sadar bahwa saya sedang tergila-gila. Menggilai hingga kamu tak punya pilihan kecuali menerima kegilaan saya. Kegilaan saya mencintai kamu. Kegilaan yang tenang saja, pasti akan terasa manis.

Read more...

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP