Aku tak setuju dengan kata "Melupakan"

>> Sunday, May 23, 2010

Melupakan? Ah mengapa mendadak kata itu menjadi sering aku dengar.

“ Tante….gw pasti bisa lupain dia kan?”
Atau seperti yang ini
“Ah…kayanya dia udah bener bener lupain gw deh”

Ah, sudah sudah…..kenapa jadi membicarakan orang lain. Ini sebenarnya adalah tentang aku dan kamu. Bagaimanapun, bukankah kita pernah saling mencintai? Atau setidaknya, pernah saling menyisihkan sedikit, ya sedikit saja ruang dalam hati masing masing untuk yang lainnya? Dalam bagian hati terdalam karena kita sungguh tak ingin ada yang mengetahuinya.

“Hey siang….” Sapaku padamu. Siang itu aku sedang ingat padamu. Karena bukankah aku tidak bisa mengontrol siapa saja yang bisa berkelebat lewat dalam pikiranku? Lalu akupun mengirimkan sebuah pesan singkat untukmu.

“Maaf ini dengan siapa?” singkat jawabmu. Dan sungguh bukan jawaban yang aku harapkan. Tentu saja aku mengharapkan jawaban yang lebih manis. Eh, apakah selama ini kamu tidak rindu padaku? Pada kebersamaan yang kadang melintas manis begitu saja lalu membuat aku memutar memory ku pada masa masa sebelum hari ini?

Ternyata bukan hanya no handphone ku saja yang kamu hapus, bahkan ym hingga pertemanan kita di salah satu jejaring sosial itu pun sudah kamu hapus. Kadang terasa lucu kalau aku melihatmu seperti itu. Seperti anak kecil saja pikirku.

“ Kenapa harus menghapus semua itu? Mungkin yang seharusnya kamu hapus adalah aku” dan kamu diam.

Ah….tepatkah kata melupakan itu digunakan ketika kita ingin melepaskan bayang bayang seseorang yang pernah melekat sangat erat dalam pikiran kita? Entah kenapa aku berpikir bahwa kita hanya bisa melupakan seseorang jika kita sudah benar benar hilang ingatan. Kepingan kepingan peristiwa itu, setiap jengkal apapun tentangnya, apakah benar kita bisa melupoakannya?

Atau bisa saja kata itu memang tepat, tapi yang mungkin akan terjadi, adalah ketika kita sudah berhasil saling melupakan, berarti kita akan hadir menjadi orang baru yang tidak akan saling mengenal lagi. Seperti saat pertama kala aku bahkan belum mengetahui namamu sekalipun.

Entahlah aku hanya ingin merelakanmu. Karena setelahnya aku masih ingin mengenalmu dengan hati ringan tanpa sakit atau apapun itu yang memberatkan kita bahkan untuk hanya saling menanyakan kabar masing masing. Aku ingin kita bisa bebas riang tertawa seperti dulu. Berbicara mengenai buku ini atau film itu. Sebelum perasaan yang kita sebut cinta begitu menguasai hati. Sayang perasaan itu tak hadir sendiri. Keegoisan ku yang begitu besar bercampur sikap tak mau mengalah mu yang menghantam kuat tembok hatiku. Kita lalu sama sama terluka. Saling mengobati hati satu sama lain lalu kemudian melukainya lagi.

“Maafkan aku membuat kita melakukan hal yang sangat sulit kita lakukan….melupakan” ucapmu.



Untukmu yang sedang berusaha melakukan hal yang sama denganku. Jadi, apakah kita akan terus saling melupakan?

Read more...

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP